Bagian akhir dari "Babylon" ini merupakan bagian yang paling eksperimental Chazelle

Jakarta (ANTARA) - Semua dimulai pada pesta malam penuh dengan keliaran di rumah milik seorang eksekutif Kinoscope Studios pada 1926. Ada Manny Torres (Diego Calva), seorang imigran asal Meksiko, bekerja sebagai pelayan serba-bisa di pesta itu. Dia segera jatuh cinta dengan Nellie LaRoy (Margot Robbie), orang dari kalangan biasa dari New Jersey, yang percaya dirinya akan menjadi bintang film.

Di sudut lain di tengah hiruk-pikuk pesta, Jack Conrad (Brad Pitt) disegani oleh para hadirin. Semua orang tahu siapa itu Conrad, seorang bintang film di era film bisu (tanpa dialog) saat itu yang telah mencetak banyak uang berkat kesuksesannya.

Lady Fay Zhu (Li Jun Li), penghibur berdarah China-Amerika, penampilannya senantiasa memikat para hadirin yang gila pesta. Di sisi panggung kecil, permainan terompet jazz dari pemusik kulit hitam Sidney Palmer (Jovan Adepo) juga selalu mengiringi suasana pesta yang riuh dan banal walau peran dia tak begitu dilirik hadirin––sebelum akhirnya bakat Palmer "ditemukan" oleh Manny.

Yang menarik, ada pula kolumnis Elinor St. John (Jean Smart). Yang walaupun agak nyentrik di awal kemunculannya, karakter ini penting menjelang pertengahan cerita. Sebagaimana para kritikus atau jurnalis film di era sekarang, begitu pula peran Elinor pada masa itu––dialah yang mengamati naik-turun dunia Hollywood di balik tulisan-tulisannya.

Baca juga: Sutradara ingin naikkan kualitas film horor lewat "Waktu Maghrib"

Margot Robbie dan Diego Calva dalam film "Babylon" (2022) karya sutradara Damien Chazelle. (ANTARA/HO-Paramount Pictures)

Sutradara Damien Chazelle menempatkan karakter-karakter fiktif itu sebagai representasi dari tokoh-tokoh besar yang pernah menghidupi Hollywood pada masanya. Walau beberapa tokoh asli juga dimunculkan seperti Irving Thalberg (Max Minghella), seorang produser yang jaya lewat rumah produksi Metro-Goldwyn-Mayer (MGM).

Ini menarik ,sebab kita bisa menilik dinamika industri Hollywood yang sebetulnya tak hanya diisi oleh orang-orang Amerika "tulen" kulit putih saja. Apalagi, kalau melihat lebih jauh, para figuran dalam set film Conrad yang berperan sebagai pasukan perang pun punya andil penting walau mereka dibayar rendah dan mendapat makan siang tak layak. Termasuk juga lika-liku para kru film yang bekerja untuk Kinoscope Studios dan MGM.

Baca juga: Kisah petualangan mumi Mesir di dunia manusia dalam "Mummies"

Baca juga: "Sakra" kisah tragis balas dendam pendekar terhormat yang difitnah

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023